Selasa, 31 Agustus 2021

Sejarah Makassar (54): Solaya Zaman Kuno, Kini Nama Kabupaten Kepulauan Selayar; Jembatan Antara Sulawesi dan Solor (NTT)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

Seperti Luwu, Boeton, Bontaing dan Makassar, nama Selayar adalah nama yang sudah eksis sejak zaman kuno dengan nama Solaya (Negarakertagama, 1365). Bagaimana nama Solaya bergeser menjadi Selayar tidak begitu jelas. Dalam Negarakertagama juga telah disebut nama (pulau) Solor dan (pulau) Timor. Besar dugaan (pulau-pulau) Solaya menjadi jembatan dalam navigasi pelayaran zaman kuno antara Solor (Nusa Tenggara) dengan tempat-tempat (pelabuhan) di pantai Sulawesi seperti Bontaeng. Kini nama Selayar dijadikan menjadi nama kabupaten (Kabupaten Kepulauan Selayar).

Kabupaten Kepulauan Selayar ibu kota di Benteng. Dalam berbagai tulisan disebut hari jadi (kabupaten) tanggal 29 November 1605. Mengapa tahun itu, mungkin ada alasannya, tetapi faktanya nama Selayar (Solaya) sudah dicatat pada tahun 1365. Lantas bagaimana dengan nama Benteng sendiri? Nama kabupaten sebagai Kepulauaan Selayar sebenarnya baru diubah tahun 2008 yang nama sebelumnya hanya disebut Kabupaten Selayar (saja). Mengapa harus diubah? Tentu saja ada alasannya. Secara geografis, kabupaten Kepulauan Selayar seluruhnya terpisah dari daratan (pulau) Sulawesi terdiri dari wilayah daratan (pulau besar) yang meliputi kecamatan-kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene dan Bontosikuyu serta wilayah kepulauan (pulau-pulau yang lebih kecil) yang meliputi kecamatan-kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Takabonerate, Pasimarannu, dan Pasilambena.  

Lantas bagaimana sejarah Selayar di selatan pulau Sulawesi? Seperti disebut di atas (kepulauan) Selayar dapat dikatakan sebagai jembatan antara pulau Sulawesi dengan Nusa Tengarara (di Solor). Lalu apakah ada kaitan nama Solaya dengan nama Solor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Selayar: Zaman Kuno Disebut Solaya

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kepulauan Selayar; Jembatan Antara Sulawesi dan Nusa Tenggara (Solor)

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 *Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar