Sabtu, 20 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (245): Pahlawan Nasional KH Zainul Arifin Pohan; Berjuang di Jakarta, Pendiri Partai Nahdlatul Ulama

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak Pahlawan Nasional yang berjuang di Jakarta. Selain MH Thamrin yang terbilang penting adalah KH Zainul Arifin Pohan. Pahlawan Indonesia kelahiran Barus (Tapanuli Tengah) namanya menjadi populer di Djakarta pada era perang kemerdekaan sebagai komandan Hizbullah. Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (27 Desember 1949) Zainul Arifin Pohan terjun ke dunia politik di bawah payung partai Masyumi. Zainil Arifin Pohan adalah pendiri Partai NU (Nahdlatul Ulama).

 

Kiai Haji Zainul Arifin (2 September 1909 – 2 Maret 1963) adalah seorang wakil perdana menteri Indonesia, ketua DPR-GR, dan politisi Nahdlatul Ulama (NU). Zainul Arifin lahir sebagai anak tunggal dari pasangan raja Barus, Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan (ayah) dengan bangsawan asal Kotanopan, Mandailing Natal, Siti Baiyah br. Nasution. Ketika Zainul masih balita, kedua orang tuanya bercerai dan ia dibawa pindah oleh ibunya ke Kotanopan, kemudian ke Kerinci, Jambi. Di sana ia menyelesaikan Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan sekolah menengah calon guru, Normaalschool. Selain itu, Arifin juga memperdalam pengetahuan agama di madrasah dan surau saat menjalani pelatihan seni bela diri pencak silat. Arifin juga seorang pecinta kesenian yang aktif dalam kegiatan seni sandiwara musikal Melayu, Stambul Bangsawan sebagai penyanyi dan pemain biola. Stambul Bangsawan merupakan awal perkembangan seni panggung sandiwara modern Indonesia. Dalam usia 16 tahun, Zainul merantau ke Batavia, kini Jakarta (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah KH Zainul Arifin Pohan? Seperti disebut di atas, Zainul Arifin hijrah ke Batavia pada usia remaja. Di ibu kota Hindia Belanda inilah Zainul Arifin meniti karir, berjuang dan menjadi pemimpin hingga mencapai Wakil Perdana Menteri.Lalu bagaimana sejarah lengkapnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Nasional KH Zainul Arifin Pohan: Studi ke Batavia

Zainul Arifin Pohan mengikuti pendidikan sekolah dasar HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Kotanopan. Satu dari dua sekolah HIS di Afdeeling Padang Sidempoean (nama sebelumnya afdeeling Angkola Mandailing). Sekolah HIS yang pertama berada di Padang Sidempoean (yang dibuka tahun 1914) bertempat di eks gedung Kweekschool Padang Sidempoean.

Sekola HIS Kotanopan dibuka pada tahun 1920 yang mana Mr Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. sebagai direktur pertama. Soetan Goenoeng Moelia mendapat akta guru MO di Belanda dan gelar sarjana pada tahun 1919. Soetan Goenoeng Moelia kelahiran Padang Sidempeoan kelak dikenal sebagai Menteri Pendidika RI yang kedua (menggantikan Ki Hadjar Dewantara). Seperti halnya Amir Sjarifoeddin Harahap gelar Soetan Soaloon, juga Soetan Goenoeng adalah pemain biola.

Setelah tamat HIS Kotanopan, Zainoel Arifin melanjutkan pendidikan sekolah guru ke Batavia. Sekolah guru Normaalschool di Batavia ini berada di Meester Cornelis (kini gedungnya menjadi SMA N 68 Jakarta di Jalan Salemba). Yang menjadi direktur sekolah guru Normaalscholl Meester Cornelis (sejak 1922) adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan.

Soetan Casjangan mendapat akta guru LO tahuhn 1909 dan akta guru MO pada tahun 1911. Soetan Casajangan kembali ke tanah air pada tahun 1913, Sambil menunggu penempatan sebagai direktur di sekolah guru Kweekschool Fort de Kock tahun 1914 mengajar di ELS Buitenzorg, Setelah dipindahkan beberapa kali ke berbagai tempat, pada tahun 1922 Soetan Casajangan ditempatkan di sekoplah guru Normaalschool Meester Corneleis. Soetan Casakangan adalah pendiri dan presiden pertama organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda Indische Vereeniging yang didirikan pada tahun 1908.  Soetan Casajangan kelahiran Padang Sidempoean alumni Kweekschool Padang Sidempoean.

Pada tahun 1927 Zainoel Arifin diketahui memimpin program acara nyanyian dalam rangka memperingati hari kelahiran ratu Belanda yang dipusatkan di Pasar Gambir (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-08-1927). Disebutkan nyanyian (zang) anak-anak oleh siswa sekolah dasar umum dan luar biasa dari semua wilayah di Batavia dan Master Cornelis, yang dipimpin oleh W Slingerland dan [Zainoel] Arifin sementara musiknya diiringi orkes pimpinan van Wezel.

W Slingerland adalah guru kesenian yang baru di Normaalschool Meester Cornelis. W Slingerland tiba di Hindia pada tahun 1926 (lihat Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 17-04-1926). Disebutkan sejumlah individi dikirim untuk layanan Hindia termasuk diantaranya W Slingerland. Sementara Zainoel Arifin adalah salah satu siswa di Normaalschool Meester Coenerlis.

Pada tahun 1928 Zainoel Arifin kembali berpartispipasi dalam kegiatan perayaan hari ratu Belanda (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-09-1928). Disebutkan dalam program Pesta Anak. dimulai dengan menyanyikan berbagai lagu. Jangerius, guru di sekolah guru Kweekschool Cina di Meester Cornelis, yang seperti tahun-tahun sebelumnya, sekali lagi bekerja sama dengan rekan-rekannya untuk menyukseskan festival menyanyi untuk karyanya nyanyian segar dan murni dari lebih dari 4.000 anak yang masing-masing mendengarkan dengan penuh perhatian. Pertama lagu Wilhelmus dinyanyikan, kemudian lagu Pasar Gambir yang mana pemenang penghargaan bapak Kok, kepala sekolah 1 di Schoolweg. Setelah beberapa lagu lainnya giliran lagu Melayu oleh bapak Soekardi dan [Zainoel] Arifin, keduanya guru. Setelah pesta menyanyi, Gubernur dan Madame de (Jraeff) berkunjung ke ruang Komite, dimana ZE berbicara dengan anggota Komite dan secara khusus memuji Mr. Anthonisse atas keberhasilan desain dan pelaksanaan Pasar-Gambir ini.

Dari keterangan yang disebut dalam berita itu Zainoel Arifin tidak lagi memimpim nyanyian anak-anak sekolah seperti tahun sebelumnya, tetapi kini bersama Soekardi menyanyikan lagu (berbahasa) Melayu. Dalam hal ini mereka berdua disebut guru. Ini berarti bahwa Zainnoel Arifin telah lulus sekolah guru Normaalschool dan telah menjadi guru. Zainoel Arifin tidak hanya pandai main biola juga pandai menyanyi.  

Setelah program acara nyanyian di Festival Gambir, nama Zainoel Arifin tidak pernah diberitakan lagi. Tampaknya Zainoel Arifin tetap dengan profesinya sebagai guru hingga tahun 1938 namanya muncul di dewan kota (gemeentearad) Batavia (lihat De koerier, 06-04-1938). Disebutkan di dalam rapat dewan Pastor Wevers ditunjuk untuk mengisi lowongan di Komite Perawatan Miskin, sehubungan dengan pengunduran diri Mr. Maseland. Ir HP Elia untuk menggantikan Ir.W.Preg diangkat menjadi panitia pengawas kurikulum kerajinan kota di Kampung Djawa, sedangkan panitia ditambah dengan anggota baru, Gemke. C Hagen, HA Klerks, Zainoel Arifin dan Soekardi diangkat sebagai anggota Panitia Musyawarah yang Direorganisasi. Tampaknya dua guru yang sama-sama jago nyanyi ini telah berhasil menduduki posisi sebagai anggota dewan kota Batavia.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Berjuang di Jakarta, Pendiri Partai Nahdlatul Ulama

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar