Sabtu, 10 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (34):Dokter Imanoedin Lulusan NIAS di Banyuwangi Tempo Dulu; Apa Itu Volksuniversiteit di Banjoewangi?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Siapa Dokter Imanoedin? Apakah lahir di Banjoewangi? Okelah, itu tidak penting. Yang penting dalam hal ini adalah apa peran dokter Imanoedin di Banjoewangi. Apakah hanya sekadar untuk bertugas dalam peningkatan status kesehatan di Banjoewangi? Tentu saja tetap menarik diperhatikan. Mari kita lacak.


Sejarah Singkat RSUD Blambangan. Banyuwangikab.go.id. 30-04-2013. Tidak banyak yang tahu jika RSUD Blambangan ternyata rumah sakit tertua di Kabupaten Banyuwangi. Rumah sakit yang kini berdiri megah ini dibangun kali pertama tahun 1930 oleh Prof. dr. Immanudin. “Sayangnya kita belum tahu tanggal, bulan dan hari apa rumah sakit ini pertama kali dibangun, masih kita telusuri. Namun yang jelas dibangun tahun 1930,” jelas Direktur RSUD Blambangan, dr. Taufik, ditemui di ruangannya, Selasa 30 April 2013. Diawal pendiriannya, fasilitas publik ini sudah memiliki 4 ruangan untuk pelayanan kesehatan dan penanggulangan penyakit menular bagi masyarakat. Yakni ruangan penyakit dalam, bedah, bersalin dan pelayanan rawat jalan. Seiring perjalanan waktu pembangunan fasilitas kesehatan dilakukan secara bertahap. (https://tegaldlimo.banyuwangikab.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah dokter Imanoedin, lulusan NIAS di Banyuwangi tempo doeloe? Seperti disebut di atas, Dr Imanoedin pernah bertugas di Banhoewangi. Apa itu Volksuniversiteit di Banjoewangi? Lalu bagaimana sejarah dokter Imanoedin, lulusan NIAS di Banyuwangi tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Dokter Imanoedin, Lulusan NIAS di Banyuwangi Tempo Doeloe; Ap Itu Volksuniversiteit di Banjoewangi

Setelah lulus sekolah dasar Eropa (ELS) Imanoedin melanjutkan studi ke sekolah kedokteran di Soerabaja. Pada tahun 1922 Imanoedin lulus ujian transisi di Nederlandsch Indische Artsenschool (NIAS), naik dari kelas dua ke kelas tiga tingkat persiapan (lihat De expres, 24-05-1922). Jika studinya lancar, Imanoedin masuk sekolah kedokteran hewan di Buitenzorg pada tahun 1920.


Lama studi di sekolah kedokteran NIAS adalah tiga tahun tingkat persiapan dan tujuh tahun tingkat akademik. Itu berarti lulusan sekolah kedokteran di Soerabaja setara dengan sarjana (Dr) atau diploma empat tahun (D4). Selain di Soerabaja, juga ada sekolah kedokteran di Batavia (STOVIA). Apa bedanya? Di Batavia, siswa yang diterima hanya siswa pribumi. Gelar di sekolah kedokteran ini sama: Indisch Arts.

Pada tahun 1928 Imanoedin lulus ujian transisi naik dari kelas lima ke kelas enam (De Indische courant, 24-05-1928). Pada tahun 1929 tidak ada nama Imanoedin yang naik ke kelas tujuh (lihat De Indische courant, 22-05-1929). Pada tahun 1931 Imanoedin sudah lulus dan dengan gelar Indisch Arts diangkat sebagai dokter pemerintah (lihat De locomotief, 21-10-1931). Imanoedin ditempatkan di CBZ Soerabaja (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-10-1931). Pada tahun 1932 dari Soerabaja dipindahkan ke Tenggarong (lihat De locomotief, 07-07-1932).


Di Banjjoewangi kota sudah ada rumah sakit pemerintah, tempat di eks rumah/kantor garam. Rumah sakit ini kurang memadai. Orang Eropa/Belanda tidak datang ke rumah sakit ini tetapi ke klinik kesehatan yang ada di kota (lihat Soerabaijasch handelsblad, 12-03-1934). Juga disebutkan ada rumah sakit perusahaan yang dibangun di Banjoewangi Selatan yang juga disubsidi pemerintah. Namun tidak terinformasikan dimana. 

Dokter di rumah sakit pemerintah di Banjoewangi Dr CS Richter, Pada tahun 1934 Dr Richrter dari Banjoewangi dipindahkan ke Tenggarong (lihat De locomotief, 03-04-1934). Sebaliknya Dr Imanoedin dari Tenggarong dipindahkan ke Banjoewangi (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 07-04-1934).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Apa Itu Volksuniversiteit di Banjoewangi? Dr Imanoedin Selanjutnya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar