Rabu, 08 November 2023

Sejarah Bahasa (118): Bahasa Sangir Bahasa Sangihe di Kepulauaan Sangihe; Bahasa Melayu, Bahasa Bantik Wilayah Minahasa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Sangir (Tau Sangér) adalah kelompok etnis di kepulauan antara Sulawesi dan Mindanao, Bahasa asli suku ini adalah bahasa Sangir. Suku Sangir biasanya ditemukan di provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud Indonesia dan Wilayah Davao, Filipina.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa Sangir biasa juga disebut bahasa Sangihé, Sangil, Sangihê, Sangér adalah bahasa yang digunakan oleh etnis Sangihe di Sulawesi Utara, yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Talaud, dan Davao. Sebagian penutur bahasa ini juga terdapat di kota Manado, kota Bitung dan Kabupaten Minahasa terutama daerah pesisir pantai utara. Terdapat 3 aksen/dialek Bahasa Sangihe yaitu dialek Sangir Besar yang digunakan penduduk di gugusan kepulauan Sangihe Besar, dialek Siau digunakan penduduk di kepulauan Siau dan dialek Tagulandang digunakan penduduk di kepulauan Tagulandang dan Biaro. Dengan memperhatikan tata bahasa suku Bantik, suku asli di Manado, akan dengan mudah dapat dikenali kesamaannya bahwa bahasa Bantik berakar dari Bahasa Sangir. Bahasa Sangihe bukan merupakan bahasa tulisan, sedangkan administrasi, surat menyurat dan hubungan dalam perniagaan menggunakan tulisan bahasa Melayu/Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sangir bahasa Sangihe di kepulauaan Sangihe? Seperti disebut di atas bahasa Sangir dituturkan di wilayah kepulauan Sangihe. Bahasa Melayu dan bahasa Bantik di wilayah Minahasa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sangir bahasa Sangihe di kepulauaan Sangihe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Sangir Bahasa Sangihe di Kepulauaan Sangihe; Bahasa Melayu dan Bahasa Bantik di Wilayah Minahasa

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Melayu dan Bahasa Bantik di Wilayah Minahasa: Lingua Franca di Wilayah Manado Tempo Doeloe

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar