Rabu, 31 Januari 2024

Sejarah Bahasa (271): Bahasa Asmat di Pulau Papua dan Kota Agats di Pantai Barat Papua; Pedagang, Penjelajah dan Misionaris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Asmat adalah sebuah bahasa Papua dari rumpun bahasa Asmat-Kamoro. Bahasa ini dituturkan oleh suku Asmat di kabupaten Asmat, Papua Selatan. Bahasa Asmat terdiri atas dialek Pantai Casuarina, Asmat Tengah, Asmat Utara dan Yaosakor. Kota utama dari awal adalah kampong Agats.


Agats adalah sebuah distrik yang berada di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan. Agats juga merupakan ibu kota dari kabupaten Asmat. Distrik ini terletak di pesisir Selatan Papua, menghadap ke Laut Arafura. Meskipun Agats telah dihuni oleh orang-orang Asmat selama beberapa waktu, sebagai permukiman di tepi laut, permukiman non-pribumi pertama kali muncul akhir 1930-an misi Katolik didirikan dan kemudian tahun 1938 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan pos. Awalnya, tempat bernama Akat dalam bahasa Asmat berarti "bagus" atau "baik", meskipun kemudian berubah menjadi Agats. Namun karena Perang Dunia Kedua, bagaimanapun, Belanda meninggalkan pos Agats pada tahun 1942 karena kehadiran Jepang. Pada tahun 1953, misi Katolik dijadikan permanen dan pada tahun berikutnya, pemerintah Belanda Nugini Belanda mendirikan sebuah pos permanen di Agats, yang melarang praktik pengayauan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Asmat di jantung pulau Papua dan kota Agats di pantai barat Papua? Seperti disebut du atas bahasa Asmat dituturkan di wilayah Asmat dan kini kota utama adalah Agats. Pedagang, penjelajah, misionaris dan pemerintah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Asmat di jantung pulau Papua dan kota Agats di pantai barat Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Asmat di Jantung Pulau Papua dan Kota Agats di Pantai Barat Papua; Pedagang, Penjelajah, Misionaris

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pedagang, Penjelajah, Misionaris: Nama-Nama Kampong Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar