Selasa, 16 Maret 2021

Sejarah Papua (25): Laut Arafuru Paparan Sahul, Antara Pulau Aru dan Pulau Daru; Sejarah Navigasi Pelayaran di Selatan Papua

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Dua paparan, dasar laut yang dangkal (shelf) yang dikenal di Indonesia sejak dulu adalah Paparan Sunda dan Paparan Sahul. Laut dangkal Paparan Sunda mengikat benua Asia dengan pulau Sumatra, Jawa, Borneo dan Bali, sementara Paparan Sahul mengikat benua Australia dengan Pupua dan Pulau Aru. Di Paparan Sahul inilah terdapat Laut Arafuru yang dalam hal ini diidentifikasi sebatas antara Pulau Aru di barat dan Pulau Daru di timur dimana tempo doeloe terjadi pelayaran yang sibuk.

Paparan Sahul dan Laut Arafuru berada di tepat yang sama. Paparan Sahul adalah suatu kawasan dasar laut yang dangkal (20-100 meter di bawah permukaan laut), sedangkan laut Arafuru di atas paparan ini adalah laut yang dangkal. Di Paparan Sahul ini terdapat gunung dalam laut atau punggung laut (rise) yang menghubungkan Pulau Aru dengan daratan Papua yang disebut Punggung Merauk Sementara itu di sebelah barat Pulau Aru terdapat Pulau Kei. Uniknya, meski antara Pulau Aru dan Pulau Kei berjarak dekat, tetapi dipisahkan oleh laut dalam (basin) yang disebut Basin Aru. Pulau Kei sendiri adalah suatu busur, rangkaian pulau-pulau dari pulau Timor, pulau Babar, pulau Tanimbar, pulau Kei dan berujuk di Pulau Seram. Oleh karena itu flora dan fauna di Pulau Kei dan Pulau Aru berbeda, tetapi flora dan fauna di Pulau Aru sama dengan di daratan Papua di Merauke.

Lantas bagaimana sejarah Laut Arafuru di Paparan Sahul? Tentu saja sejarah laut kurang diminati dan nyaris tidak pernah ditulis? Lantas apa pentingnya sejarah Laut Arafuru? Satu hal yang pasti laut ini berada di antara Pulau Aru dan Pulau Daru. Di kawasan ini tepo doeloe terjadi pelayaran yang intens. Hal itulah mengapa sejarah Laut Arafuru ingin diketahui. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Aru dan Daru: Laut Arafuru di Paparan Sahul

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Navigasi Pelayaran di Selatan Papua

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar