Sabtu, 24 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (93): Promosi dan Degradasi Bahasa di Nusantara; Berapa Banyak Bahasa Penduduk Asli Telah Punah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Bahasa di Nusantara adalah bahasa-bahasa asli seperti bahasa Jawa dan bahasa Batak, bukan bahasa Sanskerta atau bahasa Melayu sebagai lingua franca. Bahasa lingua franca adalah bahasa yang digunakan di berbagai tempat, seperti halnya bahasa Latin tempo doeloe di Eropa dan bahasa Inggris zaman Now. Bahasa asli (bahasa daerah) adalah satu hal, sedangkan bahasa lingua franca adalah hal lain lagi. Namun keduanya terkait karena penutur bahasa asli juga bersifat bilingual (dwi bahasa), ibarat masa kini banyak orang Indonesia selain berbahasa daerah (bahasa asli) juga bisa berbahasa Indonesia (lingua franca).

Promosi dan degradasi bahasa adalah satu hal juga. Sedangkan transforrmasi (pembentukan) bahasa adalah hal lain lagi. Lingua franca awal di Nusantara adalah bahasa Sanskerta. Dalam perkembangannya, bahasa Sanskerta ini berineteraksi dengan berbagai adli di nusantara sehing terjadi proses transformasi bahasa yang kemudian diidentifikasi sebagai bahasa Melayu. Jadi dalam hal ini lingua franca begeser dari bahasa Sanskerta menjadi bahasa Melayu (demikian pula pada gilirannya bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia). Bahasa Sanskerta dalam hal ini bukan terdegradasi (punah). Promosi bahasa di nusantara adalah promosi diantara berbagai bahasa asli (daerah) dan juga promosi bahasa Indonesia (dalam hal ini di Indonesia bahasa Melayu sudah diposisikan sebagai bahasa daerah). Promosi ini diindikasikan peningkatnan dalam jumlah penutus bahasa. Sebaliknya penutur bahasa daerah (abahasa asli) yang terus menurun bahkan hingga nol (punah) dianggap telah mengalami degradasi.

Lantas bagaimana sejarah promosi dan degradasi bahasa-bahasa di Nusantara? Seperti disebut di atas, lingua franca adalah satu hal dan bahasa asli (bahasa daerah) adalah hal lain lagi. Meski demikian antara lingau franca (Sanskerta, Melayu dan Indonesia) tidak terpisahkan dari bahasa-bahasa asli. Selain banyak penutur bahasa asli bersifat lingual, ada juga bahasa asli telah digantikan oleh bahasa lingua franca atau bahasa asli yang lain yang lebih dominan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Promosi Bahasa Melayu, Degradasi Bahasa Sanskerta Sebagai Lingua Franca: Bilingual pada Peuntur Bahasa Batak dan Bahasa Jawa

Tunggu deskripsi lengkapnya

Degradasi Bahasa dan Bahasa Punah

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar