Rabu, 01 September 2021

Sejarah Makassar (56): Takalar, di Sebelah Barat Jeneponto Batas Gowa; Doeloe, Teluk Takalar, Muara Sungai Maros, Sungai Pappa

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

Takalar memiliki sejarah yang kurang lebih serupa dengan Jeneponto. Sebagaimana tempo doeloe di Jeneponto terdapat kerajaan Binamu dan kerajang Bangkala, di Takalar juga terdapat kerajaan Palombangkeng. Sebagaimana pada artikel sebelum ini, Jeneponto adalah nama baru, Takalar juga adalah nama baru. Kota Takalar sendiri pada tempo doeloe berada di suatu teluk dimana sungai Maros dan sungai Pappa bermuara. Sungai Maros (yang berhulu di Maros) di hilir kerap disebut sungai Takalar yang menjadi batas kabupaten Takalar dan kabupaten Gowa. Sedangkan sungai Pappa berhulu di sebelah utara Jeneponto,

Pada masa ini nama Takalar menjadi nama kabupaten dengan ibu kota di Pattallassang. Kabupaten Takalar pada masa ini terdiri dari sembilan kecamatan, yaitu: Pattallassang, Polombangkeng Selatan, Polombangkeng Utara, Galesong, Galesong Selatan, Galesong Utara, Sanrobone, Mappakasunggu dan Manggarabombang. Tempo doeloe kabupaten Takalar adalah Onderafdeling Takalar yang terdiri dari beberapa district, yaitu: Polombangkeng, Galesong, Topejawa, Takalar, Laikang,. Setiap district dikepalai oleh seorang yang bergelar Karaeng, kecuali district Topejawa dikepalai oleh yang bergelar Lo’mo. Penduduk di kabupaten Takalar berbahasa bahasa Makassar.

Lantas bagaimana sejarah Takalar pulau Sulawesi? Seperti disebut di atas Takalar adalah nama baru. Lalu bagaimana sejarah lama di wilayah Takalar. Tempo dooeloe terdapat kerajaan yang disebut kerajaan Palombangkeng. Bagaimana semua itu terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Takalar: Antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone

Pada Peta 1752 belum muncul nama Takalar. Dalam peta itu pulau-pulau yang berada di lepas pantai Takalar sudah diidentifikasi. Di wilayah daratan Takalar yang sekarang diidentifikasi tiga nama wilayah (kerajaan) yakni Palombangkeng, Sanderbony (Sanrobone) dan Galesong. Dalam peta ini didiidentifikasi sungai Maros dan sungai Pappa yang sekarang bermuara ke suatu teluk yang telah menjadi daratan. Pada daratan yang terbentuk ini sudah ada beberapa pemukiman (kampong) yang diidentifikasi.

Sungai Takalar atau sungai Maros yang sekarang pada Peta 1752 disebut sungai Topejawa, dimana di sekitar muara di daratan yang terbentuk terdapat kampong Kadjang. Sedangkan sungai Pappa yang sekarang disebut sungai Tjikoang, dimana di muara sungai di daratan yang terbentuk terdapat kampong Tjikoang. Di wilayah kampong Tjikoang ini diduga kemudian muncul nama Takalar, suatu pelabuhan (kini disebut Takalar Kota Lama). Lantas kapan nama Takalar muncul? Yang jelas di muara sungai Tjikoang (kini sunga Pappa) diduga kuat terjadi intensitas perdagangan (ramai), karena sungai Tjikoang terhubung ke pedalaman, utara Jeneponto (wilayah Polombangkeng). Pelabuhan ini, sebelum terbentuk nama Takalar diduga kuat pelabuhan dari (kerajaan) Polombangkeng.

Nama Takalar paling tidak diberitakan pada tahun 1855 (lihat Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 05-11-1855). Disebut rumah setingkat pendahulu Controleur (gezaghebbers) diresmikan di Takalar yang juga turut dihadiri raja Bangkala. Ini mengindikasikan bahwa nama Takalar sudah dijadikan sebagai nama onderafdeeeling (di Afdeeeling Zuider Distrikten).

Dalam pembentukan pusat dari cabang pemerintahan Hindia Belanda, biaasanya membangun kota tidak berada di perkampongan penduduk, tetapi memilih para tempat tertentu tidak jauh dari suatu perkampongan. Besar dugaan sudah terbentuk kampong Takalar dimana rumah pejabat baru ini dibangun tidak jauh dari Takalar. Kampaong kampong Takalar terbentuk tidak diketahui secara pasti. Yang jelas pada Peta 1752 belum diidentifikasi nama pemukiman Takalar (hanya pemukimanan Tjikoang).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Teluk Takalar: Sungai Maro dan Sungai Pappa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar