Minggu, 06 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (400): Pahlawan Indonesia dan Dr Hasan Sadikin, Kini Nama Rumah Sakit;Sejarah Rumah Sakit Bandung

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di laman Wikipedia hanya ada emtri Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hasan Sadikin. Tidak ada entri nama Dr Hasan Sadikin. Lantas siapa Dr Hasan Sadikin? Tentulah pertanyaan ini yang menyebabkan sejarah Dr Hasan Sadikin kurang terinformasikan. Padahal nama Dr Hasan Sadikin di Bandung sangat dikenal luas sebagai nama rumah sakit. Mungkin orang hanya balik bertanya: ‘Apalah arti sebuah nama?’ Tapi pertanyaannya, nama itu melekat pada rumah sakit besar di Bandung.

RS Hasan Sadikin dibangun sejak tahun 1920, baru diresmikan 15 Oktober 1923. Namanya disebut Het Algemeene Bandoengche Ziekenhuis, kemudian diubah tahun 1927 menjadi Gemeente Ziekenhuis Juliana dengan kapasitas 300 tempat tidur. Pada era Jepang, RS ini berubah fungsi menjadi RS Militer Jepang dengan nama Rigukun Byoin. RS ini kembali dikuasai Belanda/NICA sampai tahun 1948 sebagai RS Militer Belanda. Baru pada tahun 1948, RS Rancabadak kembali untuk umum. Lalu di bawah naungan Kota Praja Bandung pimpinannya WJ van Thiel yang menjabat sampai 1949. Setelah pengakuan kedaulaytan dipimpin oleh Dr HR Paryono Suriodipuro, sebagai direktur pertama dari Indonesia. Tahun 1954, menteri kesehatan menetapkan RS ini menjadi RS Provinsi dengan status langsung di bawah Departemen Kesehatan. Tahun 1956 ditetapkan menjadi RS Umum Pusat berkapasitas 600 tempat tidur. Nama Hasan Sadikin, mulai dipakai tahun 1967, salah satu mantan direkturnya, Dr. Hasan Sadikin. Ketika ia sedang menjabat menjadi direktur tersebut, menteri kesehatan pada saat itu memintanya untuk mengubah nama rumah sakit yang dipimpinnya. Tetapi permintaan tersebut tidak sempat dipenuhinya karena dalam usia relatif masih muda ia meninggal dunia tanggal 16 Juli 1967 akibat penyakit yang dideritanya. Untuk mengenang jasa-jasanya sebagai dokter yang penuh dedikasi dan telah turut berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan RI, pemerintah pada tanggal 8 Oktober 1967 menetapkan namanya sebagai nama baru rumah sakit ini. Sehingga mulai saat itu sampai sekarang, nama rumah sakit ini menjadi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, disingkat RSHS (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Dr Hasan Sadikin? Seperti disebut di atas, narasi sejarah Dr Hasan Sadikin kurang terinformasikan meski namanya sudah ditabalkan sebagai nama rumah sakit besar di Bandung. Lalu bagaimana sejarah Dr Hasan Sadikin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Dr Hasan Sadikin: Kini Nama Rumah Sakit

Pada tahun 1937 Hasan Sadikin lulus ujian kandidat pertama di sekolah tinggi kedokteran Geneeskundige Hoogeschool di Batavia (lihat De Indische courant, 21-12-1937). Yang lulus bersama dengan Hasan Sadikin antara lain R Abdoel Hadji, T Roesli, Soepandi dan Tan Tjin Siok.

Geneeskundige Hoogeschool di Batavia dibukan tahun 1927. Mahasiswa yang diterima adalah lulusan sekolah menangah AMS 6 tahun atau HBS 5 tahun. Lama studi dengan tahapan lulus ujian kandidat pertama, lulus ujian kandidat kedua, lulus ujian doktoral pertama dan lulus ujian doktoral kedua plus lulus ujian doktoral ketiga, Gelar dokter yang diberikan Arts. Sementara gelar sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja dengan gelar Indisch Arts. Sedangkan sebelumnya di STOVIA gelar yang diberikan adalah Inlandsch Arts. Gelar Arts setara dengan di Eropa/Belanda. Hasa Sadikin diduga lulusan Cultuurschool di Soekaboemi. Yang diterima di sekolah ini adalah lulusan MULO. Pada 1934 Hasan Sadikin lulus ujian transisi naik dari kelad dua ke kelas tiga (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 18-06-1934).

Hasan Sadikin lulus ujian kandidat kedua pada tahun 1940 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 03-06-1940). Sedangkan yang lulus ujian dokter kedua adalah Jp Koan Tjai dan Lim Soei Giap.  Beberapa bulan sebelumnya Abdoel Halim lulus ujian dokter kedua (lihat Locomotief, 30-01-1940). Tampaknya sebelum pendudukan Jepang, Hasan Sadikin belum bisa menyelesaikan studinya. Pemerintah Hindia Belanda menyerak kepada Jepang pada bulan Maret 1942.

Sebagai perbandingan Abdoel Halim lulus ujian kandidat dua tahun 1934 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 18-12-1934). Lulus ujian doker pertama (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-08-1936). Lulus ujian pertama dokter (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-05-1938). Lulus ujian dokter kedua (lihat Locomotief, 30-01-1940)

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Rumah Sakit Bandoeng: Dr Hasan Sadikin

Pada tahun 1951 Hasan Sadikin tinggal di Bandoeng (lihat Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 20-04-1951). Disebutkan di dalam iklan buka layanan Minggu, dokter umum Hasan Sadikin jalan Dago No 76 Telp 378.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar