Minggu, 13 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (469): Pahlawan Indonesia dan Mohammad Iljas 1913 Studi di Delft; Pemain Catur Indonesia di Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Memang tidak banyak mahasiswa Indonesia (baca: pribumi) yang syudi di Belanda aktif bermain catur. Namun diantara yang sedikit itu terdapat paling tidak dua mahasiswa yang ikut kompetisi catur di Belanda, yang pertama adalah Mohamad Iljas. Pemain catur berikutnya adalah FKN Harahap yang pernah mengalahkan juara catur Belanda. Bagaimana bisa membagi perhatian antara studi dan bermain catur?

Tentu saja banyak sarjana yang aktif bermain catur bahkan ada yang mencapau grand master (GM). Pada generasi masa kini kita kenal Max Arie Watulo, Utut Adianto dan sebagainya. Oleh karena itu, antara studi dan bermain catur tidak ada pertentangan dan boleh jadi saling mendukung. FKN Harahap tidak hanya lancar dalam studi, juga sukses bermain catur, FKN Harahap juga aktif berorganisasi dan menulis. FKN Harahap yang bekerja sebagai dosen adalah penulis buku Sejarah Catur Indonesia. Jangan pula kita lupa, juara catur Belanda yang pernah dikalahkan oleh FKN Harahap adalah seorang sarjana bergerlar doktor (Ph.D). Jadi, pecatur juga manusia normal, pecatur yang juga menganggap studi juga penting dan demikian sebaliknya.

Lantas bagaimana sejarah Mohamad Iljas, yang juga sang pemain catur dan ikut kompetisi di Belanda? Seperti disebut di atas, Mohamad Iljas studi di Belanda dalam bidang teknik di Delft. Namun bagaimana sejarah Mohamad Iljas kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah Mohamad Iljas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Mohammad Iljas: Studi di Delft 1913

Banyak penulis sejarah tidak tahu apa-apa, Sebagian besar narasi sejarah (bangsa) Indonesia underestimate. Orang Indonesia dianggap semuanya ‘inlander’. Nyatanya orang (bangsa) Indonesia juga banyak yang maju dan tidak kalah kecerdasannya dibandingkan dengan orang-orang Belanda. Orang Indonesia dapat mencapai sukses di negeri Belanda (di kandang macan). Salah satu diantaranya adalah Mohamad Iljas.

Mohamad Iljas diterima di sekolah elit di Batavia, sekolah menengah (HBS) di KW III School pada tahun 1908. Pada tahun 1909 Mohamad Iljas lulus ujian transisi naik dari kelas satu ke  kelas dua (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 08-05-1909). Satu kelas dengan Mohamad Iljas antara lain RM Soedjono, M Soemarsono, Soetrisno, Sampoerna dan Barnas. Siswa yang diterima di KW III S adalah lulusan sekolah dasar Eropa (ELS). Lamas studi di  HBS lima tahun. Lulusan HBS dapat melanjutkan studi ke fakultas/universitas (baru ada di Belanda). Pada tahun 1910 Mohamad Iljas naik ke kelas tiga (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 07-05-1910). Pada tahun 1912 Mohamad Iljas naik ke kelas lima (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-05-1912). Pada tahun 1913 Mohamad Iljas lulus ujian akhir HBS di KW III School (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 26-05-1913). Ini mengindikasikan Mohamad Iljas lancar dalam studi di KW III S tanpa pernah ketinggalan kelas.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah (HBS) di Batavia, Mohamad Iljas melanjutkan studi ke Belanda. Ini dapat dilihat dari keberangkatannya dari Batavia dengan menggunakan kapal ss Goentor pada tanggal 13 Juli 1913 dengan tujuan akhir Rotterdam (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-07-1913).

Pada manifes kapal, dari ratusan penumpang, hanya nama Mohamad Iljas sorangan yang bernama non Eropa/Belanda. Ini mrengindikasikan orang Indonesia tidak minder. Dengan kata lain dalam diri dan nama Mohamad Iljas terdapat keberanian, kecerdasan dan kesalehan.

Mohamad Iljas di Belanda diterima di sekolah teknik bergengsi Technische Hoogeschool te Delft. Setelah tinggal di Zuidestraat No 28 Delft pada tahun 1916 pindah ke alamat baru di Hugo de Grootstaat No 28 (lihat Delftsche courant, 11-11-1916). Berdasarkan peta, alamat baru ini berada di tengah kota Delft yang cukup dekat dengan lokasi universitas.

Pada tahun 1917 nama Mohamad Iljas muncul di Delft sebagai pemanin catur yang salah satu mendapat hadiah (lihat Algemeen Handelsblad, 30-04-1917). Disebutkan pertandingan catur di Delft antara Nedelandsch Schaakbond vs Delftsch Schaakclub. Hasil pertandingan sejumlah pemain mendapat hadiah termasuk Mohamad Iljas. Dalam hal ini Mohamad Iljas menjadi bagian klub catur kota Delft yang melawan tim nasional. Di tanah air pertandingan catur meulai marak terutama di beberapa kota seperti Medan, Batavia dan Magelang. Pada tahun 1914 muncul pemain catur fenomenal bernama Narsar dari tanah Batak di Karo (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 25-02-1914). Disebutkan beberapa pekan terakhir, koran-koran di Hindia Belanda (Indonesia) sangat intens memberitakan tentang seorang Bataktchea yang permainan caturnya semakin mempesona, Narsar bahkan telah melakukan pertandingan simultan (permainan dimainkan secara bersamaan) dengan hasil yang baik, termasuk klub dari komunitas-komunitas catur di Batavia dan Magelang. Tanggal 7 Januari di Batavia Narsar memenangkan semua pertandingan dan hanya satu partai membuat remis, Pada tanggal 9 Januari, Narsar memenangkan tujuh file pertandingan dan hanya satu partai yang kehilangan (maksudnya kalah). Juga disebutkan Narsar juga telah memainkan pertandingan simultan melawan 28 pecatur dalam 90 partai, semuanya dimenangkan kecuali satu partai remis. Narsar juga melakukan pertandingan di Magelang dan Semarang yang semuanya dimendangkannya. Mr. Van der Buhle dan Onnen menyatakan "apa yang sudah dalam dunia catur Hindia Belanda dari seorang anak Batak terbilang dengan menggunakan gerakan dan aksi yang tidak lazim. Bahkan hal ini terlihat ketika berhasil melawan sejumlah pecatur-pecatur tangguh orang Belanda di kota-kota tersebut’.

Mohamad Iljas, selain studi di Delft dan juga aktif bermain catur, juga aktif dalam organisasi mahasiswa. Pada bulan Januari 1917 membentuk sub organisasi yang juga menjadi bagian dari organisasi mahasisa Indische Vereeniging yang diberi nama Sumatra Sepakat. Organiusasi ini adalah organisasi mahasiswa asal Sumatra dimana sebagai ketua adalah Sorip Tagor Harahap, sebagai sekretaris Dahlan Abdoellah, sebagai bandahara Todoeng Harahap gelar Soetan Goenong Moelia. Untuk komisaris antara lain Mohamad Iljas dan Tan Malaka.

Pada tahun 1918 Mohamad Iljas ikut berpartisipasi dalam pertandingan antara tim Delft (DSC) dan tim Den Haag (Residentie Schaakclub) dengan memainkan 15 partai (lihat Haagsche courant, 22-04-1918). Mohamad Iljas dari tim DCS pada papan no 11 melawan Groosjohan yang dimenangkan oleh Mohamad Iljas. Secara keseluruhan tim Delft menang dengan skor 8 vs 7 poin. Pertandingan dibagi dalam tiga kelas yakni kelas utama 4 partai, kelas 1 sebanyak 7 partai dan kelas 2 sebanyak empat partai. Mohamad Iljas berada di group kelas 1.

Mohamad Iljas tentu saja masih sibuk kuliah. Pada libur bulan April Mohamad Iljas dengan timnya dari DSC kembali bertemu tim sebelumnya di Den Haag (lihat Delftsche courant, 08-04-1919). Bagaimana hasilnya tidak terinformasikan. Pada bulan Juli Mohamad Iljas berpartisipasiu dalam turnamen catur nasional yang diadakan bond catur Rotterdam. Lagi-lagi nama Mohamad Iljas mendapat sukses sebagai rangking dua pada kelas satu grup ke empat. Mohamad Iljas dicatat berasal dari Delft. Dalam turnamen nasional terbagai dalam empat kelas (utama, kelas 1, kelas 2 dan kelas tiga). Masing-masing kelas terdiri dari sejumlah grup. Pada bulan April 1920 Mohamad Iljas kembali ikut turnamen nasional di Amsterdam (lihat Algemeen Handelsblad, 06-04-1920). Tampaknya Mohamad Iljas tiada matinya dalam bermain catur, lalu bagaimana studinya di fakultas teknik di Delft?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mohamad Iljas: Para Pemain Catur Indonesia di Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar