Rabu, 13 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (529): Pahlawan Indonesia dan Perjuangan Pegawai Negeri; Kini, Jumlah Pegawai PNS Semakin Sedikit

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sudah sejak lama, bahkan hingga ini hari status sebagai pegawai pemerintah (PNS/ASN) dipandang sebagai posisi yang bergengsi di tengah masyarakat Indonesia. Namun, tentu saja tidak semua pemuda, lulusan sekolah menengah/perguruan tinggi, ingin berkarir sebagai pegawai pemerintah (pegawai negeri). Hal ini karena semakin luasnya lapangan pekerjaan di bidang swasta. Tempo doeloe, pada era Hindia Belanda status pegawai pemerintah masih belum jelas. Para pegawai mulai menyadari dan melakukan perjuangan untuk memastikan status mereka sebagai pegawai pemerintah. Dalam hal ini status tidak diberikan pemerintah tetapi diperjuangkan para pegawai pemerintah. Status yang diperjuangkan itulah yang kini disebut PNS atau ASN.

Badan Kepegawaian Negara (BKN) merilis data statistik Aparatur Sipil Negara (ASN), meliputi data Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) periode Juni – Desember 2021. Dari data tersebut, BKN mencatat adanya penurunan jumlah PNS sebesar 4,1 persen atau total 3.995.634 (per Desember 2021), dibandingkan dengan jumlah PNS tahun 2020 sebesar 4.168.118. Mengutip data Kedeputian Bidang Sistem Informasi Kepegawaian, penurunan angka PNS aktif disebabkan oleh jumlah PNS yang pensiun setiap tahun lebih banyak dibandingkan dengan penerimaan CPNS yang diselenggarakan pada tahun tersebut. Sementara jumlah PPPK diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan karena adanya kebijakan rekrutmen PPPK yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hingga Desember 2021, total PPPK berjumlah 50.553. Hal ini sejalan dengan target pemerintah yang ingin memodernisasi birokrasi, salah satunya dengan berupaya menerapkan komposisi jumlah PPPK lebih besar dibanding jumlah PNS. Tidak hanya itu, sampai dengan tahun 2023, pemerintah juga akan menata kembali kebutuhan jenis pekerjaan ASN pada berbagai lini di semua instansi, sehubungan dengan transformasi digital yang sedang berlangsung menuju implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Adapun dari total 3.995.634 PNS aktif di Indonesia, terhitung 76,6 persen diantaranya atau 3.058.775 bekerja pada instansi pemerintah daerah. Sementara 23,4 persen atau 936.859 bekerja pada instansi pemerintah pusat. (Merdeka.com)

Lantas bagaimana sejarah perjuangan para pegawai pemerintah untuk mendapatkan status? Seperti disebut di atas, perjuangan itu dimulai pada era Pemerintah Hindia Belanda. Tidak hanya sampai disitu perjuang berikutnya adalah untuk mengkonsolidasi para pensiunan pegawai pemerintah. Kini, mulai berbalik arah, pemerintah akan menurunkan jumlah pegawai pemerintah. Lalu bagaimana sejarah para pegawai pemerintah untuk mendapatkan status? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Perjuangan Pegawai Negeri; Korps dan Status

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kini, Jumlah Pegawai PNS Semakin Menurun: KORPI dan PWRI

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar