Jumat, 13 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (587): Pahlawan Indonesia – Gelar Pahlawan Belanda dan AP Godon; Pahlawan Indonesia RS Casajangan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dua pemuda belia Belanda menjadi pejabat terendah yang kemudian ditempatkan di Pantai Barat Sumatra. Kedua pemuda belia tersebut adalah Edward Douwes Dekker ditempatkan sebagai Controleur di (afdeeling) Natal dan AP Godon di (afdeeling) Bondjol. Dengan kepribadian yang sama untuk misi yang sama tetapi Edward Douwes Dekker bertindak sedikit radikal, tetapi AP Godon dengan cara yang lebih pelan tapi pasti. Keduanya pada akhirnya tidak dianggap sebagai Pahlawan (Hindia) Belanda.

Perang Padri yang berlarut-larut (1821-1838) telah dimenangkan Pemerintah Hindia Belanda tetapi begitu banyak korban di kedua belah pihak. Perang Jawa hanya diselesaikan selama lima tahun 1825-1830). Meski Perang Padri sudah lama berakhir, tetapi bentuk-bentuk perlawanan terhadap otoritas Hindia Belanda di Pantai Barat Sumatra tidak sepenuhnya hilang. Masih ada perang yang panjang yang relatif bersamaan (parelel), yakni: Perang Batak (Sisingamangaradja) dan Perang Atjeh (Teuki Tjik Ditiro dan Teuku Umar). Diantara dua fase perang inilah AP Godon yang menjadi Asisten Residen (Afdeeling) Angkola Mandailing, Residenti Tapanolei melakukan ekspedisi (ke wilayah perbatasan Sumatra Utara dan Riau (Padang Lawas) 1855 tanpa harus mengorbankan darah. AP Godon memenangkan perselisihan dengan damai. Salah satu pribumi yang dilibatkan AP Godon dalam ekspedisi ini adalah Eadja Batoenadoea Patoean Soripada (kakek Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan). Sebagian kisah ekspedisi AP Godon ini dideskripsikan dalam makalahnya berjudul Geen Militaire Expeditisn, maar Een Kundig en Beleidvol Bestuur op Sumatra yasng diterbitkan HM van Dorp en Co, Batavia, 1872. Satu yang penting yang dapat dibaca dalam buku itu: "di Hndia penghargaan lebih mungkin diberikan kepada pejabat atau pejabat yang telah membakar beberapa kampung dan menyebabkan orang tertembak”, daripada "intervensi dan musyawarah tenang, untuk menyelesaikan kesulitan yang muncul tanpa pertumpahan darah”. “Nafsu akan kehormatan mengundang ekspedisi”.  

Lantas bagaimana sejarah gelar Pahlawan Belanda menurut pandangan AP Godon? Seperti disebut di atas, AP Godon pernah berada di tiga tempat berbeda dimana konflik terjadi. AP Godon, Asisten Residen Angkola Mandailing terbentuk berhasil dengan kemenangan damai dalam ekspedisi Padang Lawas 1855. Lalu bagaimana sejarah gelar Pahlawan Belanda menurut pandangan AP Godon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia – Gelar Pahlawan Belanda dan AP Godon: "Di Hndia (Indonesia) penghargaan lebih mungkin diberikan kepada pejabat atau pejabat yang telah membakar beberapa kampung dan menyebabkan orang tertembak”

Tunggu deskripsi lengkapnya

Gelar Pahlawan Belanda dan AP Godon: Pahlawan Indonesia RS Casajangan Berjuang dengan Organisasi dan Diplomasi

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar