Rabu, 18 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (597): Pahlawan Indonesia – Letusan Gunung Krakatau 1883; Ingat Tsunami dan Korban Jiwa dan Harta

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pemerintah Republik Indonesia terus memantau status gunung api di Indonesia. Ini dapa dibaca pada Laporan Aktivitas Gunung Api (Volcanic Activity Report) yang terdapat dalam laman https://magma.esdm.go.id/v1/gunung-api/laporan. Beberap gunung api ayng dipantai dengan status Level III (Siaga) adalah gunung Awu, gunung Ili Lewotolok, g Anak Krakatau, g Merapi, g Semeru, g Sinabung, Anak Krakatau Level III (Siaga). Disebutkan laporan yang dibuat oleh Fahrul Roji, A.Md. - Rabu, 18 Mei 2022, situasi kondisi gunung Anak Krakatau sebagai berikut: ‘Gunung api terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 25-100 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah utara”.

Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, tepatnya di perairan Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini juga disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusan kataklismik pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Pada tahun 2019, kawasan yang sekarang merupakan cagar alam ini memiliki empat pulau kecil: Pulau Rakata, Pulau Anak Krakatau, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang (Rakata Kecil). Berdasarkan kajian geologi, semua pulau ini berasal dari sistem gunung berapi tunggal Krakatau yang pernah ada di masa lalu. Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah letusan gunung Krakatau 1883? Seperti disebut di atas, gunung Krakatau yang pernah meletus tahun 1883 kini tetapi menjadi kekhawatiran umum karena sifatnya yang masih aktif. Yang penting kita harus ingat tsunami dan korban jiwa dan harta. Lalu bagaimana sejarah letusan gunung Krakatau 1883? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia – Letusan Gunung Krakatau 1883: Tsunami hingga Sungai Tjiliwong (kini Jakarta)

Tunggu deskripsi lengkapnya

Letusan Gunung Krakatau 1883: Ingat Tsunami dan Korban Jiwa dan Harta

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar