Jumat, 22 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (728): Orang Kaya Baru UMNO Malaysia; Lawan Orang Cina dan India, Berulah dengan Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Malysia bukan negara maju, tetapi negara sedang berkembang seperti Indonesia. Malaysia sebenarnya adalah negeri kecil. Sangat kecil jika dibandingkan dengan negara Indonesia. Populasi Malaysia hanya 30 juta dibandingkan Indonesia yang semakin mendekati 300 juta. Produk Domestik Bruto (PDB) seluruh Malaysia masih lebih rendah jika dibandingkan PDB Jabodetabek. Bahkan jumlah orang kaya di Indonesia jauh lebih banyak jika dibandingkan di Malaysia.


Namun ada kecenderungan orang kaya di Malaysia merasa lebih maju dan lebih tinggi jika dibandingkan Indonesia. Kita masih ingat beberapa waktu yang lalu seorang pengusaha Malaysia, dalam kasus Gojek menyatakan Indonesia adalah negara maskin. Boleh jadi orang kaya Malaysia merasa lebih kaya jika dibandingkan dengan Indonesia karena hanya melihat pendapatan perkapita penduduk. Namun lupa mereka bahwa PDB Indonesia jauh lebih besar jika dibandingkan Malaysia, bahkan PDB Jabodetabek sendiri lebih besar dari keseluruhan Malaysia serta jumlah orang kaya Indonesia jauh lebih banyak dari orang kaya Malaysia. Juga anggapan orang Malaysia karena banyak TKI yang bekerja di Malaysia. Padahal TKI ke Malaysia adalah ibarat para pekerja dari satu pulau ke pulau lain  dan satu kota ke kota lain di dalam wilayah Indonesia. Sekali lagi, orang kaya Malaysia lupa jika populasi besar Indonesia maka market apapun menjadi sangat besar (market yang tidak sebandingkan dengan Malaysia). Belum lama ini orang kaya Malaysia, terutama Orang Kaya Baru (OKB) kelabakan ketika Pemerintah Indonesia menyetop TKI ke Malaysia (masih belum dibuka hingga ini hari). Dalam hal ini apa lagi yang dibanggakan oleh orang kaya Malaysia.

Lantas bagaimana sejarah orang kaya baru (OKB) Malaysia dan bagaimana hubungannya dengan sejarah UMNO? Seperti disebut di atas, orang kaya baru Malaysia cenderung merendahkan Indonesia. OKB Malaysia menganggap Indonesia itu miskin karena ada TKI di Malaysia dan pendapatan perkapita Indonesia lebih rendah. Sebaliknya orang Indonesia, yang miskin maupun yang kaya, menganggap Indonesia adalah negara besar, paling tidak termasuk anggota G20. Lalu bagaimana sejarah orang kaya baru (OKB) Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Orang Kaya Baru UMNO Malaysia; Bersaing Lawan Orang Cina dan India, Berulah dengan Indonesia

Surat kabar berbahasa Belanda membuat ulasan bagaimana (negara) Malaysia bisa maju, jauh berbeda sebelum tahun 1970 (lihat NRC Handelsblad, 19-03-1994). Salah satu faktornya karena hubungan politik (UMNO) dan bisnis (orang Melayu) setelah sebelumnya kekuasaan ekonomi Cina dan India begitu kuat. Seiring dengan perubahan orientasi politik Melayu di Malaysia, orang-orang Melayu yang biasanya dengan pakaian tradisional mulai mengenakan jas. Namun menurut surat kabar ini kemajuan orang Melayu di Malaysia baru benar-benar terwujud pada tahun 1980an dan kemajuan Pendidikan di Malaysia baru terasa pada tahun 1990an.


Untuk urusan Pendidikan dua masa pegiat Pendidikan di Malaysia membutuhkan guru-guru dan mendatangkan banyak guru dari Indonesia. Pertama, menjelang kemerdekaan Federasi Malaya, bahkan pada Kongres Bahasa Indonesia di Medan tidak seorang pun hadir guru dan ahli Bahasa Melayu di Malaya yang diundang dalam kongres. Yang hadir justru hanya pera pemuda yang begiat di bidang pers dan sastra.Tahun berikutnya seorang guru Malaya Che Zaba dan satu rekannya dating ke Jogjakarta untuk mendapatkan guru-guru Bahasa Indonesia yang ditempatkan di berbagai sekolah di Malaya untuk mengajar. Segera setelah Malaya mendapatkan kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, sebanyak 20 mahasiswa dari University of Malaya di Singapoera mengunjungi berbagai kota di Indonesia untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Kedua, sejak terbentuk Federasi Malaysia, kebutuhan guru sekolah menangah (SMA) di Malaysia tak kunjung terpenuhi secara kuantitas dan kualitas. Pada saat saya masih SMA tahun 1980 ada dua guru saya di depan kelas menceritakan pengalamannya sebagai guru beberapa tahun di Malaysia. Dua guru itu pengajar mata pelajaran Matematika dan Fisika. Berapa guru di SMA saya yang pernah ke Malaysia tidak diketahui demikian juga berapa guru dari kota saya (ada empat SMA negeri) yang pernah mengakar ke Malaysia tidak diketahui. Itu baru kota kecil. Berapa banyak guru-guru dari Indonesia yang didatangkan ke Malaysia pada akhir tahun 1960a hingga akhir tahun 1970a dari berbagai kota di Indonesia/ Tentulah itu sangat banyak. Bagaimana jumlah dosen di perguruan tinggi di Malaysia saat itu? Tentulah kebutuhannya lebih banyak lagi (tapi mungkin tidak didatangkan dari Indonesia).

Dalam ulasan tersebut, NRC juga menyatakan Bahasa di Malaysia, bisnis dan politik berjalan beriringan. Tuduhan baru-baru ini di Sunday Times bahwa politisi Malaysia menerima uang dari perusahaan asing yang mengejar kontrak dalam ekonomi yang tumbuh cepat ini memicu kemarahan dan menyebabkan boikot Malaysia terhadap perusahaan-perusahaan Inggris. Tapi apa itu korupsi? Disebutkan batas antara sektor publik dan swasta benar-benar kabur di Malaysia.


Disebutkan lebih lanjut bahwa Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad baru-baru ini mencemooh tuduhan korupsi oleh Inggris: "$50.000 untuk Perdana Menteri dengan imbalan kontrak $1 miliar?" Itu mungkin dimaksudkan secara ironis, tetapi itu mungkin memberi kesan bahwa Perdana Menteri bahwa pihak oposisi Malaysia telah memanfaatkannya. Pembalasan Mahathir pada Inggris Raya atas penyelidikan atas apa yang di Malaysia disebut politik uang, keterjeratan politik dan bisnis yang berjangkauan luas. Selanjutnya disebutkan bahwa politisi Malaysia selama ini tidak tergolong dalam dunia bisnis, karena mereka hanya membuat partai-partai politik besar, terutama Partai Nasional Organisasi Melayu Bersatu (UMNO), partai berkuasa Mahathir, memiliki saham di perusahaan secara nominal untuk meningkatkan posisi ekonomi konstituen etnis mereka. Politisi individu mungkin atau mungkin tidak melalui orang depan, dalam bisnis dan menggunakan perusahaan negara dan aset partai untuk memberikan pengaruh dan suara dan untuk menang. Pengusaha asing yang ingin berbisnis di Malaysia harus berurusan dulu dengan pejabat yang selalu berasal dari etnis terbesar, Melayu, dan dengan pengusaha dari komunitas Tionghoa. Kini, pebionsis Cina semakin harus berhadapan dengan muslim Melayu, yang sekaligus menjadi politisi, birokrat, dan pengusaha. Kemunculan mereka adalah hasil dari Kebijakan Ekonomi Baru (NEP), program pemerintah dari tahun 1970-an yang dimaksudkan untuk mengubah orang Melayu yang secara tradisional tidak giat menjadi kapitalis.

Revolusi ekonomi orang Melayu di Malaysia telah mengubah wajah Malysia secara keseluruhan. Kedekatan politik dan bisnis diantara orang Melayu telah memberi konsekuesnsi besar terhadap pebisnis kuat Cina di Malaysia. Orang kaya baru (OKB) mulai muncul. OKB-OKB inilah yang terus bersaing dengan para pebisni Cina dan India di Malaysia. Sebagian diantara mereka ini mulai lupa kacang pada kulitnya, yang dalam perkembangannya sejumlah pebisnis Malaysia sadar tidak sadar mulai merdendahkan Indonesia (saat mana Indonesia pada era orde baru, rezim Presiden Soeharto).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang Kaya Baru UMNO Malaysia Cenderung Menganggap Indonesia Negara Miskin: Bagaimana Malaysia di Mata Orang Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar