Kamis, 03 November 2022

Sejarah Lampung (32): Bumi Agung, Dekat Martapura di Pedalaman, Batas Lampung - Palembang; Blambangan Umpu, Way Kanan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini 

Bumi Agung memiliki sejarah lama, dan paling tua di kabupaten Way Kanan. Bumi Agung adalah kota tua di perbatasan (district) Lampung dan (residentie) Palembang yang tidak jauh dari kota Martapura. Namun kini, kota Bumi Agung hanya suatu desa yang menjadi ibu kota kecamatan. Bagaimana dengan sejarah Blambangan Umpu.


Bumi Agung adalah sebuah kecamatan di kabupaten Way Kanan, Lampung. Ada 8 desa di kecamatan Bumi Agung, yakni: Bumi Agung, Pisang Baru, Pisang Indah, Srinumpi, Sukamaju, Wonoharjo, Karangan dan Mulyoharjo. Ibu kota kecamatan di Bumi Agung (sering disebut desa Runyai, sedangkan desa Pisang Baru sering disebut kotanya Bumi Agung, Bahuga, dan Buay Bahuga, karena di desa ini pusat perdagangan, pemerintahan dan berbagai fasilitas (tetapi mayoritas jalan di desa ini dan di Bumi Agung rusak parah, dan minim lampu penerangan jalan). Bumi Agung kini bagian wilayah kabupaten Way Kanan dengan ibu kota di Blambangan Umpu. Kabupaten Way Kanan merupakan pemekaran dari Lampung Utara. Kabupaten Way Kanan berbatasan langsung dengan tiga kabupaten di provinsi Sumatra Selatan, yakni Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pada tahun 1957, diadakanlah pertemuan yang pertama kali membahas rencana Pemerintah Pusat yang memerlukan 100.000 hektar tanah untuk keperluan transmigrasi. Pada saat itu tiga kewedanaan yang ada, yaitu Kewedanaan Kotabumi, Kewedanaan Krui, dan Kewedanaan Menggala menolak rencana Pemerintah Pusat. Kewedanaan Way Kanan menerima tawaran itu dengan pertimbangan agar kelak Way Kanan dapat cepat ramai penduduknya.  Pada tahun 1986, Pemerintah Pusat membentuk Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Blambangan Umpu terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu: Blambangan Umpu dengan ibu kota Blambangan Umpu; Bahuga (Mesir Ilir); Pakuan Ratu (Pakuan Ratu); Baradatu (Tiuh Balak); Banjit (Banjit); Kasui (Kasui). Kabupaten Waykanan di bentuk tahun 1999 (bersamaan Lampung Timur dan Kota Metro). Kabupaten Way Kanan ini ibu kotanya adalah Blambangan Umpu. Blambangan Umpu berada dijalur lalu lintas jalan darat dan rel kereta api dari berbagai arah yaitu Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Bumi Agung, di pedalaman dekat Martapura, perbatasan Lampung-Palembang? Seperti disebut di atas, kota Bumi Agung tempo doeloe, kini hanya sebuah desa yang menjadi ibu kota kecamatan. Bagaimana dengan Blambangan Umpu di daerah aliran sungai Way Kanan? Lalu bagaimana sejarah Bumi Agung, di pedalaman dekat Martapura, perbatasan Lampung-Palembang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Bumi Agung, di Pedalaman Dekat Martapura, Batas Lampung-Palembang; Blambangan Umpu di Way Kanan

Tunggu deskripsi lengkapnya

Blambangan Umpu di Way Kanan: Riwayat Kota Bumi Agung

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar