*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini
Seperti halnya nama-nama lainnya seperti Sumatra,
Jawa, Nias dan Bali, nama pulau Belitung juga bersifat unik (tidak ada di
tempat lain). Nama-nama unik tersebut diduga adalah nama-nama lama yang berasal
dari masa lampau, zaman kuno. Jika nama desa/sungai Bangka menjadi nama pulau
Bangka, lalu bagaimana dengan nama pulau Belitung? Seperti kita lihat nanti,
nama pulau Belitung diduga kuat berawal dari nama kampong kemudian menjadi gunung
Blitong. Nama gunung/kampong awal inilah yang menjadi nama pulau.
Sejarah
asal usul nama Belitung tentu saja sudah ada yang menulis. Satu tulisan yang
secara khusus menulis hal tersebut menyebut nama Pulau Belitung sudah dikenal
oleh para pelaut dunia setidaknya sudah dikenal sejak abad ke-16. Rujukannya
yakni Peta Giacomo Gastaldi berjudul ‘Il Disegno Della Terza Parte Dell' Asia’.
Peta ini diterbitkan di Roma, Italia pada tahun 1580. Namun penyusunan peta ini
sudah berlangsung jauh sebelumnya yakni pada tahun 1565 dimana Pulau Belitung
ditulis dengan nama ‘Beleiton’. Sedangkan rujukan di abad ke-17 adalah sebuah
peta Indonesia karya Nicholas Sanson yang dipublikasikan di Paris, Prancis pada
1657. Dalam peta tersebut, Pulau Belitung ditulis dengan nama ‘Billeton’. Sebelas
tahun kemudian, tepatnya pada 1668 Jan de Harde menjadi Orang Belanda pertama
yang melakukan ekspedisi ke Pulau Belitung. Dalam catatan perjalanannya, Pulau
Belitung ditulis dengan nama Billitongh, Billitong, dan Blitongh. Pada 1687,
sebuah peta yang menggambarkan Indonesia bagian barat karya Jean Baptiste Nolin
menulis Pulau Belitung dengan nama ‘Billiton’. Baru setelah memasuki abad
ke-18, gambaran mengenai bentuk asli Pulau Belitung mulai disajikan lebih baik.
Salah satunya terlihat dari peta Laut Jawa karya Johannes van Keulen yang
diterbitkan di Amsterdam Belanda pada 1728. Dalam peta itu Keulen menulis Pulau
Belitung dengan nama ‘Billeton’. Keulen juga mencantumkan dua nama tempat yang
hingga saat ini masih dikenal yakni Lenggang dan Balok. Buku terbitan 1887,
Herinneringen aan Blitong: historisch, lithologisch, mineralogisch, geographisch,
geologisch en mijnbouwkundig karya Cornelis de Groot memberikan pandangan baru
terhadap penyebutan nama Pulau Belitung. De Groot mengatakan kurun 1745-1765
Pulau Belitung dikenal dengan nama ‘Bliton’. Ia menjelaskan, penulisan kata
‘Bliton’ secara umum dipraktekkan dalam surat menyurat atau surat keputusan
(besluit) Pemerintah Hindia-Belanda, Dewan Negeri Belanda, dan Direksi VOC di
Amsterdam. Kemudian pada 1815-1851, secara umum nama pulau ini ditulis Billiton
dan sebagian lagi Biliton. De Groot menjadi orang pertama yang mengoreksi cara
penulisan tersebut. Menurut dia, penduduk Pulau Belitung menyebut pulau tempat
mereka tinggal dengan nama ‘Blitong’ yang dalam penulisan atau informasi
lainnya tidak pernah sekalipun diubah. Pada 1856, Pieter Baron Melvill van
Carnbee membuat peta Pulau Belitung dengan bentuk yang hampir sempurna. Peta
tersebut diberi judul ‘Kaart van de afdeeling Billiton (of Blitong)’. Tahun
1892, Dr. I. Dornseiffen merilis Atlas van Nederlandsch Oost- en West-Indie di
Amsterdam, Belanda. Dalam peta tersebut, Dornseiffen menulis peta Pulau
Belitong dengan tulisan ‘Blitong’. Namun setahun kemudian yakni pada 1893, Peta
Indonesia yang dirilis oleh Witkamp telah menuliskan nama Pulau Belitung dengan
tulisan ‘Belitoeng’. Merujuk pada ejaan Belanda, cara penulisan Witkamp
tersebut akan membuat pulau ini dibaca dengan bunyi ‘Belitung’. Penyebutan ini
terus bertahan hingga kini (Wahyu Kurniawan)
Lantas bagaimana sejarah asal usul nama
Belitung, Billiton sejak era Portugis? Seperti disebut di atas, soal itu sudah
ada yang menulis. Namun yang tetap menyisakan pertanyaan, bagaimana nama pulau
disebut pulau Belitung. Besar dugaan itu bermula dari nama Blitong sebagai nama
gunung, yang mana mana nama kampong Blitong kemudian menjadi Kundur. Nama
Belitung sebagai nama kampong dan nama gunung telah menghilang, tetapi tetap
lestari sebagai nama pulau. Lalu bagaimana sejarah asal usul nama Belitung,
Billiton sejak era Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.