*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Caplok mencaplok wilayah sudah sejak zaman kuno. Pada era
kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia pencaplokan itu berarti pendudukan (invasi
atau aneksasi). Sejarah berlanjut pada era kolonial, antar sesama Eropa saling
berebut wilayah, tidak hanya menjadi perang terbuka di TKP, juga dapat berbuntut
perselisihan dari negara (kerajaan) mereka yang berada di Eropa sana. Hanya yang kuat yang
menjadi pemenang. Dalam hubungan ini, ketika narasi sejarah di wilayah Hindia
Timur mulai disusun, antara bangsa ini juga terjadi klaim mengklaim. Narasi
sejarah ternyata menjadi penting. Tentu saja hanya fakta dan data yang bisa
membuktikan.
Soal caplok mencaplok warisan sejarah atau
klaim mengklaim narasi sejarah juga kerap terjadi pada era modern ini. Biasanya
yang saling klaim adalah yang berdekatan (bertetangga) pada garis abu-abu. Soal
sejarah Laut China Selatan tentu saja belum berujung. Yang mungkin agak mereda
adalah soal klaim warisan budaya antara Indonesia dan Malaysia. Tentu saja dalam
hal ini tidak hanya dua negara yang bertetangga ini, juga antara Myanmar dengan
Thailand dan antara Vietnam dan Kamboja. Satu yang tidak disadarim bahwa di
Indonesia juga terjadi klaim mengklaim soal warisan sejarah dan narasi sejarah.
Idem dito, yang kerap saling mengklaim antar wilayah yang berdekatan. Satu lagi
soal, dengan mengabaikan faktor wilayah, klaim mengklaim ini juga terjadi pada
tataran pendapat umum versus pendapat minoritas, pendapat orang banyak dengan
pendapat satu orang. Seperti disebut di atas, hanya fakta dan data yang bisa
membuktikan,
Lantas bagaimana sejarah klaim mengklaim narasi sejarah
di Indonesia? Seperti disebut di atas soal klaim mengklaim ini sudah menjadi
bagian sejarah yang panjang, bukan hanya sejarah pada hari ini. Dalam hal
inilah pentingnya fakta dan data sejarah. Namun begitu, perlu juga disadari
bahwa data juga dapat terjadi pemalsuan atau penghilangan data yang dapat
merugikan diri sendiri tetapi menguntungkan pihak lain. Seperti disebut di
bawah, jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang
bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Lalu bagaimana
sejarah klaim mengklaim narasi sejarah di wilayah Indonesia? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.