Kamis, 15 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (84): Duta Besar di Indonesia Zaman Kuno; Duta Besar ke Tiongkok hingga Duta Besar Kerajaan Aru

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Indonesia pada zaman kuno dapat dikatakan sebagai Hindia Timur. Dalam hal ini yang dimaksud duta besar Indonesia sejak zaman kuno. Hindia Timur yang dimaksud saat itu meliputi pulau-pulau besar Indonesia pada masa ini seperti Sumatra dan Jawa dan kerajaan-kerajaan yang terdapat di berbagai pulau tersebut. Duta besar adalah seorang utusan raja ke negara lain atau untuk membicarakan yang terkait menjalin hubungan politik dengan raja dari kerajaan lain tersebut. Fungsi dan peran duta besar jarang dibicarakan dalam sejarah,

Umumnya dalam sejarah zaman kuno hanya terbatas pada posisi dan peran raja dari suatu kerajaan. Raja dan kerajaan umumnya hanya membicarakan penyerangan terhadap kerajaan lain atau tentang suatu kerajaan yang diserang lalu rajanya terbunuh, Dalam hal ini fungsi dan peran duta besar, sebagai utusan raja kepada raja lainnya dan juga tentang fungsi dan peran duta besar yang ditempatkan di wilayah kerajaan lain. Satu indikasi awal tentang keberadaan duta besar ini berasal dari abad ke-2. Disebutkan dalam catatan Tiongkok dinasti Shu bahwa Kerajaan (dari) Yeh-tiao telah mengirim duta besar ke Tiongkok karena telah membuka pos perdagangan di Annam (Yeh-shin). Kerajaan Yeh-tiao ini beberapa ahli sejarah tempo doeloe menyebut sebagai Sumatra. Kerajaan Yeh-tiao ini diduga kuat sebagai Kerajaan Aru di pertemuan sungai Batang Pane dan sungai Barumun di pantai timur Sumatra. Sebagaimana diketahui Ptolomeus pada abad ke-2 telah mencatat tiga tempat di wilayah Hiindia Timur yakni Sumatra bagian utara sebagai sentra produksi kamper, Katigara (suatu pelabuhan yang kini berada di Kamboja) dan pulau Taprobana (pulau Kalimantan).

Lantas bagaimana sejarah duta besar di zaman kuno? Seperti disebut di atas bahwa topik ini nyaris tidak diperhatikan dalam sejarah. Sebagaimana pada masa ini fungsi dan peran duta besar begitu penting bagi suatu negara, narasi sejarah duta besar Indonesia di zaman kuno ada baiknya diperhatikan lebih lanjut. Kita mulai sari abad ke-2. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kerajaan-Kerajaan Kuno: Kerajaan Aru dan Kerajaan Tiongkok

Tunggu deskripsi lengkapnya

Duta Besar Kerajaan Pakwan-Padjadjaran dan Lainnya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar