Rabu, 14 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (83): Pelabuhan Barus Sejak Zaman Kuno; Peradaban Awal Indonesia Bermula di Pantai Barat Sumatra

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Peradaban Indonesia bermula di pantai barat Sumatra. Sebelum ada prasasti-prasasti dan candi-candi, peradaban baru sudah berkembang lebih awal di pantai barat Sumatra. Tidak ada bukti-bukti bahwa peradaban baru (yang berasal dari luar) berasal dari arah lain seperti dari arah utara di Tiongkok. Sebelum masuknya elemen peradaban tambahan dari daratan Tiongkok, sudah sejak lama peradaban baru Indonesia berasal dari arah barat (India) yang disebut era Hindoe Boedha. Sejatinya peradaban Indonesia dibangun dengan pondasi elemen-elemen yang berasal dari India paling tidak dari aspek bahasa dan adaptasi pengetahuan di lingkungan tropis.

Keberadaan Indonesia (baca: Hindia Timur) paling tidak sudah disebut Ptolomeus pada abad ke-2 tentang tiga tempat yakni Sumatra bagian utara sebagai sentra produksi kamper, Katigara (kini Kamboja) dan pulau Taprobana (pulau Kalimantan). Nama-nama ini mengindikasikan nama India. Berdasarkan catatan Tiongkok dinasti Shu pada abad ke-2 Kerajaan (dari) Yeh-tiao telah mengirim duta besar ke Tiongkok karena telah membuka pos perdagangan di Annam (Yeh-shin). Kerajaan Yeh-tiao ini beberapa ahli sejarah tempo doeloe menyebut sebagai Sumatra. Dua informasi terawal ini dari Eropa (Ptolomeus) dan Tiongkok (dinasti Shu) bersesuaian. Informasi ini semakin diperkuat dengan temuan prasasti Vo Cahn (sekitar Annam) yang berasal dari abad ke-3. Masih berdasarkan literatur Eropa yang berasal dari abad ke-5 menyebut bahwa kamper diekspor melalui pelabuhan yang disebut Barus. Pada era inilah diketahui keberadaan kerajaan yang diduga kuat Kerajaan Taruma (di Jawa bagian barat) dengan bukti candi Batujaya dan prasasti Muara Kaman,

Lantas bagiamana sejarah pelabuhan Barus sejak zaman kuno? Seperti disebut di atas bahwa pada abad ke-2 Sumatra bagian utara sudah dikenal sentra produksi kamper, maka diduga kuat (pelabuhan) Barus  di pantai barat Sumatra adalah menjadi awal peradaban baru di Indonesia. Dengan kata lain peradaban bari Indonesia (baca: Hindia Timur) bermula di pantai barat Sumatra, tepatnya di (pelabuhan) Barus. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pelabuhan Barus dan Siar Islam: Sumatra Bagian Utara Sentra Produksi Kamper

Presiden RI Joko Widodo melakukan peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Barus 25 Maret 2017. Itu maksudnya apa? Bahwa peradaban Islam sudah ada sejak awal di Barus yang dapat dilihat pada makam-makan kuno. Pada makan ini ada yang bertarih 661 M atau 48 Hijriyah. Kota Baru dalam hal ini dapat dikatakan sebagai titik nol (origin) peradaban Islam di Nusantara (baca: Hindia Timur).

Seperti telah disebut di atas, keberadaan Indonesia (baca: Hindia Timur) paling tidak sudah disebut Ptolomeus pada abad ke-2 tentang tiga tempat yakni Sumatra bagian utara sebagai sentra produksi kamper, Katigara (kini Kamboja) dan pulau Taprobana (pulau Kalimantan). Nama-nama ini mengindikasikan nama India. Berdasarkan catatan Tiongkok dinasti Shu pada abad ke-2 Kerajaan (dari) Yeh-tiao telah mengirim duta besar ke Tiongkok karena telah membuka pos perdagangan di Annam (Yeh-shin). Kerajaan Yeh-tiao ini beberapa ahli sejarah tempo doeloe menyebut sebagai Sumatra. Kerajaan Yeh-tiao ini diduga sebagai Kerajaan Aru di pertemuan sungai Batang Pane dan sungai Barumun di pantai timur Sumatra. Dua informasi terawal ini dari Eropa (Ptolomeus) dan Tiongkok (dinasti Shu) bersesuaian. Informasi ini semakin diperkuat dengan temuan prasasti Vo Cahn (sekitar Annam) yang berasal dari abad ke-3. Prasasti ini diduga kuat terhubung dengan Kerajaan Aru. Masih berdasarkan literatur Eropa yang berasal dari abad ke-5 menyebut bahwa kamper diekspor melalui pelabuhan yang disebut Barus. Pelabuhan ini diduga menjadi (salah satu) pelabuhan Kerajaan Aru. Pada era inilah diketahui keberadaan kerajaan yang diduga kuat Kerajaan Taruma (di Jawa bagian barat) dengan bukti candi Batujaya dan prasasti Muara Kaman

Oleh karena Barus sudah dikenal lama (sebagai bagian dari Kerajaan Ar), pedagang-pedagang Islam di Barus diduga sudah eksis jauh sebelum tanggal makam yang ditemukan bertarih 661 M. Sebab sejak awal abad ke-7, para pedagang asing sudah membentuk koloni di Canton dan juga di Ch'üan-chow serta Yang-chow. Sejumlah pedagang Arab sudah masuk di Canton yang menjadi awal siar agama Islam di Tiongkok. Antara tahun 618 dan 626 M empat pengikut Muhammad yang membawa Islam di Tiongkok. Satu mengajar di Canton, satu di Yang-chow dan dua lainnya di Ch'üan-chow. Oleh karena pedagang-pedagang Arab tersebut ke Canton melalui bavigasi pelayaran perdagangan, maka sudah barang tentu mereka berawal di pantai barat Sumatra di Barus.

Dapat ditambahkan disini,  bahwa Dinasti Tang dari marga Li kelompok etnik Han memerintah sejak tahun 618 M dengan kaisar pertama Li Yuan dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Kaisar pertama ini bertahta hingga tahun  626 M. Li Yuan awalnya adalah seorang gubernur yang mengepalai wilayah yang sekarang menjadi provinsi Shanxi. Ketika Dinasti Sui dilanda huru-hara yang berujung pada terpecahnya Tiongkok muncullah nama Li Yuan. Raja ini termasuk raja yang demokratis. Karena itulah, seperti disebut di atas antara tahun 618 dan 626 sudah ada empat pengikut Muhammad yang diizinkan membawa Islam di Tiongkok.

Dalam teks P'an-yü-hsien-chih bab 53 disebutkan bahwa:  ‘Ketika perdagangan laut dibuka pada Dinasti T'ang, Muhammad, raja Muslim Medina mengunjungi koloni Muslim di Canton’. Orang-orang Muhammad membentuk pemukiman besar di pelabuhan-pelabuhan Tiongkok, orang Tiongkok menyetujui orang asing yang tinggal dalam kelompok di wilayah mereka, semacam pemerintahan sendiri, Orang asing diizinkan untuk menggunakan hukum mereka sendiri dan mengamati kebiasaan dan kebiasaan mereka sendiri begitu lama karena mereka bisa hidup tertib dan damai dengan orang Tiongkok. Pihak berwenang Tiongkok tidak akan mempertimbangkan untuk ikut campur dalam hal-hal yang menyangkut orang asing, kecuali bila hal itu perlu. Berdasarkan catatan dinasti Tang ini diketahui bahwa Annam adalah kerajaan tersendiri tetapi menjadi protektorat sejak 679 M (hingga 968 M)). Kerajaan ini menjadi protektorat Tiongkok karena ingin meminta perlindungan dari ancaman bajak laut di Laut China Selatan. Dimana pelabuhan (yang diduga menjadi pusat kerajaan) yang dimaksud dalam kronik dinasti Tang ini tidak diketahui secara pasti.

Dalam catatan sejarah dinasti Liang yang dicatat dalam Liang Shu (502-557 M) sudah terdapat adanya navigasi pelayaran perdagangan dari India ke Tiongkok. Sementara itu, Cosmas mengatakan dalam abad keenam produk dari Tzinista (Cina) dibawa ke Ceylon, pusat komersial besar selama berabad-abad, Kota dagang lainnya pada masa ini adalah Tamlook (kota antara Ceylon dan Sumatra). Kota Tamlook ini disebut kerap dikunjungi para peziarah China pada abad ke-7. Fa-hsien adalah orang Tiongkok pertama yang meninggalkan catatan perjalanan dari India ke Tiongkok. Fa-hsien menyebut bahwa banyak gangguan laut di kawasan Laut China Selatan. Sumber lainnya dari Tiongkok menyatakan bahwa telah dilakukan suatu ekspedisi hukuman kepada Annam dan telah berhasil ditaklukkan kerajaan tersebut. Oleh karena itu, kawasan Laut China Selatan menjadi aman bagi pedagang-pedagang Tiongkok ke India setidaknya untuk beberapa waktu. Boleh jadi inilah ekspansi pertama Tiongkok ke selatan (Luat China Selatan). Dengan amannya situasi Laut China Selatan memungkinkan pedagang-pedagang Tiongkok terhubung ke India yang mana dicatat oleh Fa-hsien pada abad ke-7. Sebagaimana diketahui bahwa Fa-hsien ini lebih dahulu dari I Tsing (yang baru memulai perjalanan ke India tahun 671 M).

Pada fase ini terjadi hubungan Kerajaan Aru dengan pelabuhannya Binanga dengan (kerajaan) Sriwijaya (lihat prasasti Kedukan Bukit 682 M). Disebutkan (raja Kerajaan Aru) Dapunta Hyang Nayik mengukuhkan Sriwijaya sebagai kerajaan dengan raja yang bergelar Dapunta Hyang yakni Srinagajaya (lihat prasasti Talang Tuo 684 M). Seperti banyak disebut penulis-penulis Indonesia masa ini, sebelum I’tsing ke India, singgah di kota Melayu (671 M) dan sepulang dari India 685 M I’tsing menyebut nama Sriwijaya.

Dalam hal ini Kerajaan Sriwijaya yang terbentuk pada tahun 882 M adalah salah satu vassal dari Kerajaan Aru. Pengaruh Kerajaan Aru di Annam (Vietnam) semakin berkurang karena ekspansi Tiongkok pada dinasti Sui. Meski demikian, Kerajaan Aru masih memiliki vassal di Thailand selatan (lihat prasasti Ligor, sisia A tanpa tahun dan sisi B bertaruh 775 M). Kerajaan Sriwijaya setelah invasi ke Jawa (lihat prasasti Kota Kapur 686 M) telah banyak berkonsentrasi di Jawa dengan terbentuknya kerajaan dari keluarga (dinasti Seilendra).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Peradaban Baru Berkembang Luas di Indonesia: Hindoe Boedha dan Islam

Tunggu deskripsi lengkapnyya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar