Jumat, 15 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (533): Pahlawan Indonesia - Mengapa Kini Warga Malaysia Menjadi Terkotak; Melayu, Cina dan India

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada berita lama yang menyita perhatian pada akhir-akhir ini. Tidak di Indonesia, tetapi di Malayasi. Berita tersebut bahwa di (negara) Malaysia warga seakan terkotak-kota dimana warga pribumi (asli) terpisah dengan warga pendatang terutama Cina dan India. Dalam bidang pendidikan masing-masing warga menyelenggarakan sistem pendidikannya sendiri dengan bahasa pengantar sesuai bahasa ibu: Melayu, Cina dan India. Hal itu tentulah berbeda dengan di Indonesia.

Memang di Indonesia belum sepenuhnya terjadi asimilisasi yang diharapkan, terutama golongan Cina yang terkesan sebagian (saja) yang bersikap eksklusif. Namun itu tentu tidak menjadi masalah besar, karena masalah preferensi. Berbeda dengan di Malaysia, penyatuan banyak hal telah dan dicapai dan terselesaikan seperti dalam bidang pendidikan. Di seluruh Indonesia, semua sekolah menggunakan bahasa pengantar yang sam (bahasa Indonesia) dengan kurukulum yang seragam. Itu berlaku pada sekolah-sekolah yang dikelola pemerintah dan sekolah-sekolah swasta. Banyak sekolah-sekolah swasta yang dikelola oleh warga Cina di Indonesia tetapi seperti disebut tadi semuanya merujuk pada satu ukuran: persamaan (bahasa pengantar dan kurikulum). Oleh karena itu, permasalahan yang ada di Malaysia tidak terdapat di Indonesia. Permasalahan itu serupa itu di Indonesia pernah ada tetapi itu doeloe pada era Pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi seiring dengan perjalanan waktu Pemerintah Republik Indonesia, terutama sejak 1950 permasalahan dapat dieliminasi.

Lantas bagaimana sejarah warga Malaysia terkotak-kotak sehingga menimbulkan permasalahan sendiri pada masa ini? Seperti disebut di atas, permasalahan yang dihadapi Malaysia pernah dialami di Inoneesia namun sudah selesai. Lalu bagaimana sejarah warga Malaysia terkotak-kotak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Mengapa Warga Malaysia Menjadi Terkotak: Melayu, Cina dan India

Tunggu deskripsi lengkapnya

Warga Malaysia Terkotak-Kotak: Apakah Bisa Diselesaikan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar