*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Presiden Soekarno sendiri adalh
seorang arsitek, lulusan THS Bandoeng tahun 1926. Sementara Frederik Silaban
yang bukan insinyur yang mendesaiin masjid Istiqlal Djakarta. Sedangkan Liem
Bwan Tjie adalah arsitek bergelar insinyur lulusan di Belanda. Kemampuan Ir
Liem ini dilihat gubernur Sumatra Utara Abdoel Hakim Harahap yang kemudian
meminta Ir Liem Bwan Tjie membuat bangunan stadio di kampong Teladan Medan
untuk keperluan PON III tahun 1953 (masih eksis hingga ini hari).
Liem Bwan Tjie (6 September 1891 – 28 Juli 1966) adalah
arsitek ternama dan pelopor arsitektur modern generasi pertama di Indonesia. Liem
adalah anak kelima dari Liem Soei Tjhing, seorang pedagang tekstil di Gang
Warung, Semarang. Keluarga Peranakan Tionghoa ini sudah di Indonesia selama 4
generasi. Pada tahun 1910, Liem yang berusia 19 tahun dikirim orang tuanya ke
Belanda untuk menuntut pendidikan menengah. Selama Perang Dunia Pertama
(1914-1918), ia berkerja untuk beberapa biro arsitek terkemuka di Amsterdam,
antara lain Michel de Klerk, Gulden en Geldmaker dan Eduard Cuypers. Pada tahun
1920, Liem kemudian belajar di Universitas Teknik di Delft, Belanda dan di
École nationale supérieure des Beaux-Arts di Paris, Prancis pada tahun 1924. Saat
Liem berencanana kembali ke tanah air pada tahun 1929, ia dilarang pulang oleh
pemerintah Hindia Belanda karena dianggap terpengaruh dengan Komunisme. Dengan
referensi dan dukungan dari tokoh masyarakat Tionghoa, antara lain anggota
Volksraad Loa Sek Hie, sang arsitek akhirnya diberikan izin untuk menetap
kembali di kota kelahirannya, yaitu Semarang. Ia banyak mendesain bangunan-bangunan untuk kalangan
"Cabang Atas" Peranakan. Karya-karyanya mencakup bangunan umum maupun
kediaman pribadi, dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk
Jakarta, Surabaya, Bandung, Tegal, Manado dan Makasar. Pada tanggal 16
September 1959, di kediaman Liem di Jalan Wastukancana, Bandung, terjadi awal
pertemuan pertama antara arsitek-arsitek senior Indonesia Liem Bwan Tjie,
Frederich Silaban, Mohammad Soesilo dengan 18 arsitek muda lulusan pertama ITB
tahun 1958. Inilah tonggak awal sejarah Ikatan Arsitek Indonesia, yang akhirnya
didirikan secara resmi pada 17 September 1959. Liem meninggalkan Indonesia saat
berusua 74 tahun pada tahun 1965, dan pindah ke Belanda untuk mengikuti anaknya
yang sedang menuntut ilmu di sana. Ia meninggal setahun kemudian di Belanda,
dan arsip karyanya sekarang disimpan di Nederlands Architectuurinstituut (NAi).
(Wikipedia)
Lantas
bagaimana sejarah Liem Bwan Tjie? Seperti disebut di atas, Liem Bwan Tjie
adalah arsitek bergelar insinyur lulusan di Belanda. Tidak dipilih Presiden Ir
Soekarno tetapi dipilih oleh Gubernur Abdoel Hakim Harahap. Lalu bagaimana
sejarah Liem Bwan Tjie? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.